Minggu, 12 Oktober 2014

Tulisan Pertemuan 1

Tak Terima di-PHK Mantan Karyawan Gugat Perusahaan

TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Perseteruan antara PT Bank Danamon Indonesia dengan mantan karyawannya bernama Dihorbo Pardomuan Silitonga terus berlanjut. Menganggap disepelekan oleh perusahaannya, Dihorbo pun melayangkan gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) di Pengadilan Negeri (PN) Medan, Selasa (18/9/2012).

Sidang yang digelar di Ruang Tirta di lantai dua PN Medan, Selasa (18/9/2012) beragendakan pembuktian secara tertulis. Namun karena kedua belah pihak tidak dapat menghadirkan saksi-saksi terkait kasus pemecatan ini, majelis hakim Karto Sirait pun terpaksa menunda persidangan hingga pekan depan.

Diluar persidangan, Dihorbo Pardomuan selaku penggugat, menjelaskan pemberhentiannya tidak sesuai prosedur serta melanggar undang-undang ketenagakerjaan. Sebab menurut Dihorbo dirinya tidak pernah diberikan Surat Peringatan (SP) sebelum mengeluarkan keputusan PHK kepadanya.

Selain itu, manajemen perbankan tersebut pada saat melakukan PHK terhadapnya tidak ada menyertakan demosi (penurunan jabatan) terlebih dahulu untuk menandatangani pesangon yang akan diberikan kepadanya, dan pesangon yang diberikan ia anggap tidak sesuai dengan loyalitasnya selama ini.

"Saya merasa keberatan dengan hasil mediasi di Disnaker Sumatera Utara beberapa waktu lalu. Pada hasil mediasi pesangon yang diberikan berdasarkan demosi jabatan saya tiga bulan terakhir sebelum di-PHK. Seharusnya pesangon diberikan berdasarkan jabatan saya sebelumnya dan harus menilai loyalitas saya pada perusahaan ini," ujarnya kepada wartawan.

Masih kata Dihorbo, dia menyayangkan mediasi yang dilakukan bertempat di Disnaker Sumatera Utara ketika itu. "Harusnya terlebih dahulu dilakukan mediasi di Disnaker Pematang Siantar, tempat saya bekerja. Saya tidak tahu menahu tentang hukum, jadi saya mengikuti sistem mereka yang menyebabkan ketidakadilan ini," ungkapnya.
Sementara itu, HR Region Manager PT Bank Danamon Indonesia, Siska, menyatakan proses pemutusan hubungan kerja yang dilakukan pihaknya sudah sesuai dengan hukum yang berlaku.
Pihaknya mengaku berdasarkan surat PHK yang dikeluarkan pada pertemuan Bipartit tertanggal 12 Februari 2012 dan 15 Maret 2012 serta mediasi pada tanggal 04 April 2012 dan 11 April 2012, secara jelas dan nyata Dihorbo telah terbukti melanggar sistem kerja PT Bank Danamon Indonesia tahun 2011-2013 Pasal 46, tentang Pelanggaran Yang Dapat Dikenakan PHK sesuai ayat (1) huruf (a) jo Pasal 49 tentang PHK huruf (h) jo surat Keputusan Direksi PT Bank Danamon Indonesia tanggal 27 Juni 2011.

Seperti diketahui, kasus ini bermula pada saat dikeluarkannya surat pemutusan kerja sepihak kepada Dihorbo. Tergugat dalam hal itu PT Bank Danamon Indonesia menganggap penggugat yaitu Dihorbo telah melakukan tindakan Fraud (mark up dana pinjaman debitur) ketika menjabat sebagai Cluster Credit Officer di Cluster SEMM Pematang Siantar yang mengakibatkan perusahaan merugi dari total pinjaman yang dikeluarkan bank sebesar Rp 210 juta.


Tulisan Pertemuan 1

Demo Buruh di Balai Kota Jakarta Tuntut Kenaikan Upah
JAKARTA—Masalah upah minimum buruh di provinsi DKI Jakarta masih belum ada titik temu yang bisa disepakati antara para buruh dengan pengusaha. Terkait hal itu,  ratusan buruh dari Forum Buruh DKI Jakarta, melakukan aksi demonstrasi di depan Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan Jakarta, menuntut upah minimum provinsi (UMP) DKI Jakarta sekitar Rp 2,8 juta.  

Sekretaris Jenderal Kimia Energi Pertambangan Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KEP KSPI) Tohendi menjelaskan dari kalangan pengusaha yang diwakili oleh Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) DKI Jakarta, hingga kini belum memberikan tawaran angka nominal dalam penentuan UMP DKI Jakarta.
“Kita lihat tidak ada itikad baik dari Apindo untuk menyelesaikan masalah upah ini. Mereka hingga kini tidak pernah menunjukkan angka. Dari pemerintah juga belum menentukan angka, termasuk dari pengusaha. Kalau mereka keberatan dengan angka sekitar Rp 2,8 Juta dari buruh, ya udah berapa penawarannya?” ungkap Tohendi.

Sebelumnya dari perwakilan buruh dan pengusaha melakukan pertemuan dengan difasilitasi oleh Dinas Tenaga Kerja Provinsi DKI Jakarta (Disnakertrans) pada 9 November 2012 lalu, untuk membahas soal upah minimum ini, namun pertemuan itu gagal mencapai titik temu karena tidak hadirnya perwakilan dari Apindo DKI Jakarta. Sekretaris Jenderal Forum Buruh DKI Mohammad Toha  mengaku kecewa dengan sikap dari Apindo DKI Jakarta.

“Mestinya ini sudah diputuskan dalam pertemuan itu, berapa UMP DKI Jakarta. Kepala Disnakertrans mengundang pada tanggal 9 lalu, kita sebagai buruhdiundang ya datang. Eh, dari Apindo malah tidak datang,” ungkap Muhammad Toha.  

Sementara itu menanggapi ancaman kalangan pengusaha yang mengancam menarik investasinya di Indonesia dengan menutup usahanya, Bayu Murnianto Presidium Forum Buruh DKI Jakarta memastikan hal itu tidak akan terjadi. Menurutnya, hambatan utama seorang pengusaha di Indonesia dalam berinvestasi selalu dibayangi dengan banyaknya pungutan liar (pungli)  dan korupsi.

“Tidak ada pengusaha atau bahkan Apindo sendiri, menyatakan keberatan dengan UMP DKI Jakarta sekitar Rp 2,8 Juta sebagaimana yang diminta kaum buruh. Intinya adalah, buruh di Indonesia ini masih rendah. Bahkan dalam pertemuan perwakilan buruh dengan Ahok (Wagub DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama), dia mengatakan seharunya buruh menuntut UMP minimal Rp 5 Juta. Nah kemudian Sofyan Wanandi (Ketua Umum Apindo) mengatakan  pengusaha mau hengkang, ini apa maksudnya? Di KBN (Kawasan Berikat Nusantara Jakarta), tidak ada pengusaha di sana yang mengatakan mau hengkang. Yang penting adalah, benahi pungli dan korupsi di Indonesia. Kalo tidak ada korupsi dan pungli, pengusaha pastikasih untuk buruh. Belum lagi persoalan birokrasi di Indonesia. Ini yang harus dibenahi. Dan Ahok, kabarnya siap untuk membenahi itu. Angka UMP yang diajukan buruh sebenarnya adalah angka yang kecil, bisa beli apa di Jakarta?” ujar Bayu.

Ketua Apindo Anton Supit kepada VOA mengatakan upah minimum yang ditetapkan oleh kalangan buruh harus juga melihat dari daya dukung ekonomi masyarakat atau konsumen. Jika tidak dihitung dengan cermat, maka dipastikan akan berdampak pada rasionalisasi di setiap perusahaan.

“Saya pribadi setuju, pada suatu hari upah buruh di Indonesia itu naik bukan cuma Rp 2 Juta atau Rp 3 Juta, tapi Rp 10 Juta hingga Rp 20 Juta kita akan happy karena daya beli yang pada akhirnya akan membeli produk kita. Tapi yang kita persoalkan sekarang adalah daya dukung ekonomi kita, apakah sudah sanggup untuk itu? Misalnya sepatu, sekarang ini labor cost untuk harga sepatu itu sudah 25 %, harga material 55 – 60 % tergantung jenisnya, artinya kita bisa memanage sekitar 80 %. Nah 20 % yang tersisa untuk over head, bunga bank, pajak dan keuntungan. Dengan kenaikkan upah buruh (taruhlah) Rp 2 Juta, akan membuat labour cost di sepatu untuk export menjadi 30 %. Persoalannya sekarang, apakah kenaikkan 5 % dari segi labour cost ini akan diterima oleh buyers. Kalo buyers tidak setuju dengan kenaikan ini, lantas kita jual kemana? Pasti kita harus berpikir efisiensi kita usahakan semaksimal mungkin. Jalan terakhir adalah rasionalisasi,” papar Anton Supit.   

Anton Supit juga menyayangkan sikap pemerintah yang terkesan intervensi dalam masalah UMP ini, dengan mewacanakan UMP sebesar Rp 2 Juta.

Staf khusus Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dita Indah Sari, kepada VOA memastikan, Kementrian Tenaga Kerja tetap akan mendorong Provinsi DKI Jakarta agar terus memfasilitasi perundingan antara buruh dengan pengusaha karena masalah UMP DKI Jakarta akan segera diumumkan pada 20 November 2012 mendatang.

“Pemerintah DKI harus proaktif. Pihak Gubernur seperti Pak Jokowi dan Pak Ahok itu harus membantu berkomunikasi dengan Apindo DKI supaya mulai lagi ikut rapat. Juga kepada serikat pekerja jangan ikut-ikutan mogok atau tidak hadir dalam setiap rapat. Nanti target maksimal mengumumkan UMP tanggal 20, malah tidak tercapai,” ungkap Dita Sari.


Jumat, 10 Oktober 2014

MANAJEMEN, KEPEMIMPINAN DAN PERENCANAAN

1.      MANAJEMEN
A.    Pengertian Manajemen
Manajemen memiliki arti yang banyak. Manajemen menurut Stoner adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Mary Parker Follet manajemen adalah seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Grifiin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien. Efektif bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Selanjutnya untuk memperoleh wawasan yang lebih luas, di sini dikutipkan lagi beberapa pendapat mengenai pengertian manajemen dari sumber-sumber lain sebagai berikut :
ü  Menurut Sondang Palan Siagian, manajemen adalah keseluruhan proses kerjasama antara dua orang atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya.
ü  Menurut Pariata Westra, manajemen adalah segenap rangkaian perbuatan penyelenggaraan dalam setiap usaha kerjasama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
ü  Dalam kurikulum 1975 yang disebutkan dalam Buku Pedoman Pelaksanaan Kurikulum IIID, baik untuk Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama maupun Sekolah Menengah Atas, manajemen ialah segala usaha bersama untuk mendayagunakan semua sumber-sumber (personil maupun materiil) secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan.
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa di dalam pengertian manajemen selalu menyangkut adanya tiga hal yang merupakan unsur penting, yaitu: (a). usaha kerjasama, (b). oleh dua orang atau lebih, dan (c) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pengertian tersebut sudah menunjukkan adanya gerak, yaitu usaha kerjasama, personil yang melakukan, yaitu dua orang atau lebih, dan untuk apa kegiatan dilakukan, yaitu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tiga unsur tersebut, yaitu gerak, orang, dan arah dari kegiatan, menunjukkan bahwa manajemen terjadi dalam sebuah organisasi, bukan pada kerja tunggal yang dilakukan oleh seorang individu. 

B.     Jenis-jenis Manajemen
Manajemen terbagi menjadi 4 jenis, yakni :
ü  Manajemen Sumber Daya Manusia: Kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya untuk memperoleh SDM yang terbaik bagi bisnis yang kita jalankan dan bagiamana SDM yang terbaik tersebut dapat dipelihara dan tetap bekerja bersama kita dengan kualitas pekerjaan yang senantiasa konstan ataupun bertambah. 
ü  Manajemen Operasional: Kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan standar yang ditetapkan berdasarkan keinginan konsumen, dengan teknik produksi yang seefesien mungkin, dari mulai pilihan lokasi produksi hingga produksi akhir yang dihasilkan dalam proses produksi. 
ü  Manajemen Pemasaran: Kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya yang pada intinya berusaha untuk mengidentifikasi apa sesungguhnya yang dibutuhkan oleh konsumen,dana bagaimana cara pemenuhannya dapat diwujudkan. 
ü  Manajemen Keuangan: Kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya yang pada intinya berusaha untuk memastikan bahwa kegiatan bisnis yang dilakukan mampu mencapai tujuannya secara ekonomis yaitu diukur berdasarkan profit. Tugas manajemen keuangan diantaranya merencanakan dari mana pembiayaan bisnis diperoleh ,dan dengan cara bagaimana modal yang telah diperoleh dialokasikan secara tepat dalam kegiatan bisnis yang dijalankan.

C.     Psikologi Manajemen
Lalu apa yang dimaksud dengan psikologi manajemen? Jika manajemen dikaitkan dengan dunia psikologi, maka akan menimbulkan definisi baru yakni apa itu psikologi manajemen. Bisa disimpulkan bahwa psikologi manajemen ialah ilmu tentang bagaimana mengatur / me-manage sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan.

D.    Tujuan Psikologi Manajemen
Kegiatan intervensi (yang bertujuan untuk “mengolah” manusia) inilah yang menjadi titik tolak dari kajian ilmu psikologi manajemen. Hal ini bertujuan agar seluruh karyawan/SDM (Sumber Dara Manusia) dari suatu organisasi/perusahaan mengerti betul akan tugas, mampu memberikan informasi kepada pelanggan atau rekan sekerjanya. Dan pada akhirnya membuat karyawan itu senang pada perkerjaan dan perusahaannya.

2.      KEPEMIMPINAN
A.    Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan mempunyai arti yang berbeda-beda tergantung pada sudut pandang atau perspektif-perspektif dari para peneliti yang bersangkutan, misalnya dari perspektif individual dan aspek dari fenomena yang paling menarik perhatian mereka. Stogdill (1974: 259) menyimpulkan bahwa terdapat hampir sama banyaknya definisi tentang kepemimpinan dengan jumlah orang yang telah mencoba mendefinisikannya. Lebih lanjut, Stogdill (1974: 7-17) menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai konsep manajemen dapat dirumuskan dalam berbagai macam definisi, tergantung dari mana titik tolak pemikirannya. Misalnya, dengan mengutip pendapat beberapa ahli, Paul Hersey dan Kenneth H Blanchard (1977: 83-84) mengemukakan beberapa definisi kepemimpinan, antara lain:
ü  Kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok (George P Terry)
ü  Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum (H.Koontz dan C. O'Donnell)
ü  Kepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang terjadi pada suatu keadaan dan diarahkan melalui proses komunikasi ke arah tercapainya sesuatu tujuan (R. Tannenbaum, Irving R, F. Massarik).
Untuk lebih mendalami pengertian kepemimpinan, di bawah ini akan dikemukakan beberapa definisi kepemimpinan lainnya seperti yang dikutip oleh Gary Yukl (1996: 2), antara lain:
ü  Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada dan berada di atas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin organisasi (Katz dan Kahn)
ü  Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan (Rauch dan Behling)
ü  Kepemimpinan adalah proses memberi arti terhadap usaha kolektif yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran (Jacobs dan Jacques).
Sedangkan menurut Wahjosumidjo (1984: 26) butir-butir pengertian dari berbagai definisi kepemimpinan, pada hakekatnya memberikan makna : 
ü  Kepemimpinan adalah sesuatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu seperti kepribadian, kemampuan, dan kesanggupan.
ü  Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan serta gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri
ü  Kepemimpinan adalah proses antar hubungan atau interaksi antara pemimpin, bawahan dan situasi.
Berbagai pandangan atau pendapat mengenai batasan atau definisi kepemimpinan di atas, memberikan gambaran bahwa kepemimpinan dilihat dari sudut pendekatan apapun mempunyai sifat universal dan merupakan suatu gejala sosial.

B.     Teori Kepemimpinan
Faktor-faktor apa saja yang menjadikan seseorang berhasil dalam menjalankan fungsi kepemimpinan? Pertanyaan tersebut sudah diajukan oleh para ahli manajemen sejak masa Thomas Carlyle yang hidup pada abad ke-19 sebagaimana seperti yang tercantum dalam bukunya On Heroes, Hero-Worship and the Heroic in History(wikipedia.org). Dalam buku tersebut Carlyle menganalisis pengaruh orang-orang besar dalam sejarah seperti Nabi Muhammad SAW, Shakespeare, Luther, Rosseau dan Napoleon terhadap masyarakat pada jamannya. Sejak saat itu berbagai teori bermunculan untuk menjelaskan berbagai faktor yang dapat menyebabkan keberhasilan kepemimpinan.
Kreitner (2007) menyebutkan adanya 4 teori kepemimpinan yang ada sejak tahun 1950-an hingga kini. Keempat teori kepemimpinan tersebut adalah: Trait Theory, Behaviour Styles Theory, Situational Theory, dan Transformational Theory. Selain 4 teori kepemimpinan tersebut masih terdapat 4 teori kepemimpinan yang secara luas dikenal dalam kepustakaan manajemen yakni: Great Man Theory, Participative leadership Theory, Contingency Theory, & Transactional Leadership Theory. Participative Leadership Theory & Contingency Theory masing-masing dapat digabung ke teori kepemimpinan Behavioral Styles Theory dan Situational Theory.
ü  Teori kepemimpinan 1: Great Man Theory
Menurut teori kepemimpinan ini seorang pemimpin besar terlahir sebagai pemimpin yang yang memiliki ciri-ciri yang istimewa yang mencakup: karisma, kecerdasan, kebijaksanaan dan dapat menggunakan kekuasaan yang dimilikinya untuk membuat berbagai keputusan yang memberi dampak besar bagi sejarah manusia. Karisma sendiri menunjukkan kepribadian seseorang yang dicirikan oleh pesona pribadi, daya tarik, yang disertai dengan kemampuan komunikasi interpersonal dan persuasi yang luar biasa. Teori kepemimpinan ini sebagian besar bersandar pada pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh Thomas Carlyle di abad 19 yang pernah menyatakan bahwa sejarah dunia tak lain adalah sejarah hidup orang-orang besar. Menurutnya, seorang pemimpin besar akan lahir saat dibutuhkan sehingga para pemimpin ini tidak bisa diciptakan.
ü  Teori kepemimpinan 2: Trait Theory
Teori kepemimpinan ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari Great Man Theory yang mengatakan bahwa para pemimpin dilahirkan dan bukan diciptakan (leader are born and not made). Tetapi sejalan dengan pemikiran mahzab behavioralis, pada peneliti di tahun 1950-an berkesimpulan bahwa karakteristik pemimpin tidak seluruhnya merupakan bawaan sejak lahir, namun diperoleh melalui pembelajaran dan pengalaman. Karena itu mereka berkesimpulan bahwa kepemimpinan yang efektif dapat dipelajari. Riset mereka menunjukkan bahwa ada karakteristik individu yang dimiliki oleh seorang pemimpin sehubungan dengan kepemimpinan efektif, yaitu: Kecerdasan, Pengetahuan & keahlian, Dominasi, Percaya diri, energi yang tinggi, Toleran terhadap stress, Integritas & kejujuran, Kematangan.
ü  Teori kepemimpinan 3: Behavioral Styles Theory
Selama perang dunia II studi mengenai teori kepemimpinan mengalami perubahan arah yang signifikan dari mempelajari ciri-ciri individu menjadi pola perilaku pemimpin yang disebut dengan leadership styles. Dengan demikian maka fokus beralih dari “siapa pemimpin itu” menjadi “bagaimana seorang pemimpin berperilaku atau menjalankan gaya kepemimpinan”
Berbagai penelitian awal menyimpulkan adanya tiga gaya kepemimpinan yaitu:
·         gaya kepemimpinan otoriter (authoritarian leadership style)
·         gaya kepemimpinan demokratis (democratic leadership style)
·         gaya kepemimpinan laissez-faire (laissez-faire leadership style)
ü  Teori kepemimpinan 4: Situational Theory
Para peneliti yang menganut aliran teori kepemimpinan ini mengatakan bahwa efektivitas gaya kepemimpinan sangat tergantung kepada situasi yang melingkupinya. Oleh karena itu, mereka mempunyai asumsi bahwa kepemimpinan yang berhasil akan terjadi apabila gaya kepemimpinan yang digunakan sesuai dengan situasi. Salah satu peneliti yang mendukung teori kepemimpinan ini adalah Fred E Fiedler dengan teori Kontingensinya: Kinerja seorang pemimpin bergantung kepada dua faktor yang saling terhubung yaitu:
·         Situasi, sejauh mana situasi yang ada memberikan kendali & pengaruh agar pekerjaan dapat diselesaikan
·         Motivasi, apa motivasi dasar dari pemimpin. Apakah self esteem-nya tergantung dari penyelesaian tugas (task motivated) atau hubungan (relationship motivated).
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemimpin yang task motivated cenderung berhasil pada situasi yang ekstrem. Sedangkan relationship motivated cenderung berhasil pada situasi yang moderat.
ü  Teori kepemimpinan 5: Transactional Leadership Theory
Menurut teori kepemimpinan ini, karyawan akan termotivasi oleh imbalan maupun hukuman. Seorang pemimpin akan dapat menjalankan kepemimpinannya dengan efektif apabila ia mampu mengembangkan struktur kerja yang jelas sehingga para manajer akan dapat merumuskan dengan jelas apa yang harus mereka lakukan dan dibutuhkan oleh para bawahannya serta memberi imbalan sesuai dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Demikian pula sebaliknya, dalam teori kepemimpinan ini, sang manajer dapat memberikan hukuman bila karyawan tidak berhasil memenuhi standar kinerja yang diberikan kepadanya.
ü  Teori kepemimpinan 6: Transformational Leadership Theory
Teori kepemimpinan ini didasari oleh hasil penelitian mengenai perilaku kepemimpinan di mana para pemimpin yang kemudian dikategorikan sebagai pemimpin transformasi (transformational leader) mampu memberikan inspirasi kepada yang lain dalam organisasi untuk mencapai sesuatu yang melebihi apa yang telah direncanakan organisasi. Ia juga seorang pemimpin yang visioner yang mengajak orang lain bergerak untuk mengikuti visinya. Mereka mengandalkan karisma dan kewibawaan (refferent power) dalam menjalankan kepemimpinannya.

3.      PERENCANAAN
A.    Pengertian Perencanaan
Ada 4 fungsi utama dalam manajemen: Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing), Pengarahan (Actuating/Directing), dan Pengawasan (Controlling). Perencanaan sebagai awal kita melakukan proses manajemen sebelum kita melakukan pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan.  Perencanaan adalah proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi dan taktik yang tepat  untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi. Perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh siapa. Perencanaan dalam organisasi adalah esensial, dalam kenyataannya perencanaan memegang peranan lebih dibanding fungsi-fungsi manajemen lainnya. Fungsi-fungsi pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan sebenarnya hanya melaksanakan keputusan-keputusan perencanaan.
Perencanaan yang baik dapat dicapai dengan mempertimbangkan kondisi di waktu yang akan datang dalam perencanaan dan kegiatan yang diputuskan akan dilaksanakan, serta periode sekarang pada saat rencana dibuat. Perencanaan harus mempertimbangkan kebutuhan fleksibilitas, agar mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi baru secepat mungkin. Salah satu aspek penting perencanaan adalah pembuatan keputusan (decision making), proses pengembangan dan penyeleksian sekumpulan kegiatan untuk memecahkan suatu masalah tertentu. Keputusan-keputusan harus dibuat pada berbagai tahap dalam proses perencanaan.

B.     Manfaat Perencanaan
ü  Membantu untuk mengambil keputusan secara lebih baik.
ü  Meningkatkan efesiensi biaya karena pengelolaan yang lebih baik.
ü  Ketepatan waktu dalam penarikan TK lebih terjamin.
ü  Lebih aman dalam situasi SDM yang beragam.
ü  Adanya pengembangan yg lebih baik bakat rnanajerial.

C.     Jenis Perencanaan dalam Organisasi
Berdasarkan tujuan organisasi, perencanaan dikelompokkan  dalam 3 jenis perencanaan yakni :
ü  Perencanaan Strategis
Dari misi organisasi diturunkan tujuan strategis. Rencana strategis ditujukan untuk mencapai tujuan strategis. Biasanya rencana strategis ditetapkan oleh manajemen puncak.
ü  Perencanaan Taktis
Rencana taktis diturunkan dari misi dan rencana strategis. Rencana taktis ditujukan untuk mencapai tujuan taktis yang merupakan bagian tertentu dari rencana strategis. Fokus pada hubungan manusia dan aksi, dan biasanya ditetapkan oleh menajemen menengah.
ü  Rencana Operasional
Tujuan operasinal diturunkan dari tujuan dan rencana taktis. Rencana operasional lebih sempit dengan jangka waktu yang lebih pendek dan banyak melibatkan  manajemen tingkat bawah.
·         Rencana Tunggal untuk aktivitas tidak berulang, contoh: program, proyek, dan anggaran.
·         Rencana Standing untuk aktivitas yang berulang, contoh: kebijakan, prosedur standar, dan aturan.


Sumber :