1.
MANAJEMEN
A. Pengertian
Manajemen
Manajemen memiliki arti yang banyak. Manajemen
menurut Stoner adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya
organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan
menurut Mary Parker Follet manajemen adalah seni menyelesaikan pekerjaan
melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas
mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W.
Grifiin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara
efektif dan efisien. Efektif bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan
perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara
benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Selanjutnya untuk memperoleh wawasan yang lebih
luas, di sini dikutipkan lagi beberapa pendapat mengenai pengertian
manajemen dari
sumber-sumber lain sebagai berikut :
ü Menurut
Sondang Palan Siagian, manajemen adalah
keseluruhan proses kerjasama antara dua orang atau lebih yang didasarkan atas
rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya.
ü Menurut
Pariata Westra, manajemen adalah segenap rangkaian perbuatan penyelenggaraan
dalam setiap usaha kerjasama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
ü Dalam
kurikulum 1975 yang disebutkan dalam Buku Pedoman Pelaksanaan Kurikulum IIID,
baik untuk Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama maupun Sekolah Menengah
Atas, manajemen ialah segala usaha bersama untuk mendayagunakan semua
sumber-sumber (personil maupun materiil) secara efektif dan efisien guna
menunjang tercapainya tujuan.
Dari definisi-definisi tersebut
dapat disimpulkan bahwa di dalam pengertian
manajemen selalu menyangkut
adanya tiga hal yang merupakan unsur penting, yaitu: (a). usaha kerjasama, (b).
oleh dua orang atau lebih, dan (c) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam pengertian tersebut sudah menunjukkan adanya gerak, yaitu usaha kerjasama,
personil yang melakukan, yaitu dua orang atau lebih, dan untuk apa kegiatan
dilakukan, yaitu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tiga unsur
tersebut, yaitu gerak, orang, dan arah dari kegiatan, menunjukkan bahwa
manajemen terjadi dalam sebuah organisasi, bukan pada kerja tunggal yang
dilakukan oleh seorang individu.
B. Jenis-jenis
Manajemen
Manajemen
terbagi menjadi 4 jenis, yakni :
ü Manajemen Sumber Daya Manusia: Kegiatan manajemen berdasarkan
fungsinya untuk memperoleh SDM yang terbaik bagi bisnis yang kita jalankan dan
bagiamana SDM yang terbaik tersebut dapat dipelihara dan tetap bekerja bersama
kita dengan kualitas pekerjaan yang senantiasa konstan ataupun bertambah.
ü Manajemen Operasional: Kegiatan manajemen berdasarkan
fungsinya untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan standar yang ditetapkan
berdasarkan keinginan konsumen, dengan teknik produksi yang seefesien mungkin,
dari mulai pilihan lokasi produksi hingga produksi akhir yang dihasilkan dalam
proses produksi.
ü Manajemen Pemasaran: Kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya
yang pada intinya berusaha untuk mengidentifikasi apa sesungguhnya yang
dibutuhkan oleh konsumen,dana bagaimana cara pemenuhannya dapat diwujudkan.
ü Manajemen Keuangan: Kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya
yang pada intinya berusaha untuk memastikan bahwa kegiatan bisnis yang
dilakukan mampu mencapai tujuannya secara ekonomis yaitu diukur berdasarkan
profit. Tugas manajemen keuangan diantaranya merencanakan dari mana pembiayaan
bisnis diperoleh ,dan dengan cara bagaimana modal yang telah diperoleh
dialokasikan secara tepat dalam kegiatan bisnis yang dijalankan.
C. Psikologi Manajemen
Lalu apa yang dimaksud dengan
psikologi manajemen? Jika manajemen dikaitkan dengan dunia psikologi, maka akan
menimbulkan definisi baru yakni apa itu psikologi manajemen. Bisa disimpulkan
bahwa psikologi manajemen ialah ilmu tentang bagaimana mengatur / me-manage
sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan.
D. Tujuan Psikologi Manajemen
Kegiatan intervensi (yang bertujuan untuk “mengolah”
manusia) inilah yang menjadi titik tolak dari kajian ilmu psikologi manajemen.
Hal ini bertujuan agar seluruh karyawan/SDM (Sumber Dara Manusia) dari suatu
organisasi/perusahaan mengerti betul akan tugas, mampu memberikan informasi
kepada pelanggan atau rekan sekerjanya. Dan pada akhirnya membuat karyawan itu
senang pada perkerjaan dan perusahaannya.
2.
KEPEMIMPINAN
A. Pengertian
Kepemimpinan
Kepemimpinan mempunyai arti yang berbeda-beda
tergantung pada sudut pandang atau perspektif-perspektif dari para peneliti
yang bersangkutan, misalnya dari perspektif individual dan aspek dari fenomena
yang paling menarik perhatian mereka. Stogdill (1974: 259) menyimpulkan bahwa
terdapat hampir sama banyaknya definisi tentang kepemimpinan dengan jumlah
orang yang telah mencoba mendefinisikannya. Lebih lanjut, Stogdill (1974: 7-17)
menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai konsep manajemen dapat dirumuskan dalam
berbagai macam definisi, tergantung dari mana titik tolak pemikirannya. Misalnya,
dengan mengutip pendapat beberapa ahli, Paul Hersey dan Kenneth H Blanchard
(1977: 83-84) mengemukakan beberapa definisi kepemimpinan, antara lain:
ü Kepemimpinan
adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dengan penuh
kemauan untuk tujuan kelompok (George P Terry)
ü Kepemimpinan
adalah kegiatan mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan
umum (H.Koontz dan C. O'Donnell)
ü Kepemimpinan
sebagai pengaruh antar pribadi yang terjadi pada suatu keadaan dan diarahkan
melalui proses komunikasi ke arah tercapainya sesuatu tujuan (R. Tannenbaum, Irving
R, F. Massarik).
Untuk lebih mendalami pengertian kepemimpinan, di
bawah ini akan dikemukakan beberapa definisi kepemimpinan lainnya seperti yang
dikutip oleh Gary Yukl (1996: 2), antara lain:
ü Kepemimpinan
adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada dan berada di atas
kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin organisasi (Katz dan
Kahn)
ü Kepemimpinan
adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang
diorganisasi ke arah pencapaian tujuan (Rauch dan Behling)
ü Kepemimpinan
adalah proses memberi arti terhadap usaha kolektif yang mengakibatkan kesediaan
untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran (Jacobs dan
Jacques).
Sedangkan menurut Wahjosumidjo (1984: 26)
butir-butir pengertian dari berbagai definisi kepemimpinan, pada hakekatnya
memberikan makna :
ü Kepemimpinan
adalah sesuatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa sifat-sifat
tertentu seperti kepribadian, kemampuan, dan kesanggupan.
ü Kepemimpinan
adalah serangkaian kegiatan pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dengan
kedudukan serta gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri
ü Kepemimpinan
adalah proses antar hubungan atau interaksi antara pemimpin, bawahan dan
situasi.
Berbagai pandangan atau pendapat mengenai batasan
atau definisi kepemimpinan di atas, memberikan gambaran bahwa kepemimpinan
dilihat dari sudut pendekatan apapun mempunyai sifat universal dan merupakan
suatu gejala sosial.
B.
Teori Kepemimpinan
Faktor-faktor apa saja yang menjadikan seseorang
berhasil dalam menjalankan fungsi kepemimpinan? Pertanyaan tersebut sudah
diajukan oleh para ahli manajemen sejak masa Thomas Carlyle yang hidup pada
abad ke-19 sebagaimana seperti yang tercantum dalam bukunya On Heroes, Hero-Worship and the
Heroic in History(wikipedia.org). Dalam buku tersebut Carlyle menganalisis
pengaruh orang-orang besar dalam sejarah seperti Nabi Muhammad SAW,
Shakespeare, Luther, Rosseau dan Napoleon terhadap masyarakat pada jamannya. Sejak
saat itu berbagai teori bermunculan untuk menjelaskan berbagai faktor yang
dapat menyebabkan keberhasilan kepemimpinan.
Kreitner (2007) menyebutkan adanya 4 teori
kepemimpinan yang ada sejak tahun 1950-an hingga kini. Keempat teori kepemimpinan tersebut adalah: Trait Theory, Behaviour Styles
Theory, Situational Theory, dan Transformational Theory. Selain 4 teori kepemimpinan tersebut
masih terdapat 4 teori kepemimpinan yang secara luas dikenal dalam kepustakaan
manajemen yakni: Great Man
Theory, Participative leadership Theory, Contingency Theory, &
Transactional Leadership Theory. Participative Leadership Theory &
Contingency Theory masing-masing
dapat digabung ke teori kepemimpinan Behavioral
Styles Theory dan Situational Theory.
ü Teori
kepemimpinan 1: Great Man Theory
Menurut
teori kepemimpinan ini seorang pemimpin besar terlahir sebagai pemimpin yang
yang memiliki ciri-ciri yang istimewa yang mencakup: karisma, kecerdasan,
kebijaksanaan dan dapat menggunakan kekuasaan yang dimilikinya untuk membuat
berbagai keputusan yang memberi dampak besar bagi sejarah manusia. Karisma
sendiri menunjukkan kepribadian seseorang yang dicirikan oleh pesona pribadi,
daya tarik, yang disertai dengan kemampuan komunikasi interpersonal dan
persuasi yang luar biasa. Teori kepemimpinan ini sebagian besar bersandar pada
pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh Thomas Carlyle di abad 19 yang pernah
menyatakan bahwa sejarah dunia tak lain adalah sejarah hidup orang-orang besar.
Menurutnya, seorang pemimpin besar akan lahir saat dibutuhkan sehingga para
pemimpin ini tidak bisa diciptakan.
ü Teori
kepemimpinan 2: Trait Theory
Teori
kepemimpinan ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari Great Man Theory yang
mengatakan bahwa para pemimpin dilahirkan dan bukan diciptakan (leader are
born and not made). Tetapi sejalan dengan pemikiran mahzab behavioralis, pada peneliti di
tahun 1950-an berkesimpulan bahwa karakteristik pemimpin tidak seluruhnya
merupakan bawaan sejak lahir, namun diperoleh melalui pembelajaran dan
pengalaman. Karena itu mereka berkesimpulan bahwa kepemimpinan yang efektif
dapat dipelajari. Riset mereka menunjukkan bahwa ada karakteristik individu
yang dimiliki oleh seorang pemimpin sehubungan dengan kepemimpinan efektif,
yaitu: Kecerdasan, Pengetahuan & keahlian, Dominasi, Percaya diri, energi
yang tinggi, Toleran terhadap stress, Integritas & kejujuran, Kematangan.
ü Teori
kepemimpinan 3: Behavioral Styles Theory
Selama
perang dunia II studi mengenai teori kepemimpinan mengalami perubahan arah yang
signifikan dari mempelajari ciri-ciri individu menjadi pola perilaku pemimpin
yang disebut dengan leadership styles. Dengan demikian maka fokus
beralih dari “siapa pemimpin itu” menjadi “bagaimana seorang pemimpin
berperilaku atau menjalankan gaya kepemimpinan”
Berbagai penelitian
awal menyimpulkan adanya tiga gaya kepemimpinan yaitu:
·
gaya kepemimpinan otoriter (authoritarian
leadership style)
·
gaya kepemimpinan demokratis (democratic
leadership style)
·
gaya kepemimpinan laissez-faire (laissez-faire
leadership style)
ü
Teori kepemimpinan 4: Situational Theory
Para peneliti yang menganut aliran teori kepemimpinan ini
mengatakan bahwa efektivitas gaya kepemimpinan sangat tergantung kepada situasi
yang melingkupinya. Oleh karena itu, mereka mempunyai asumsi bahwa kepemimpinan
yang berhasil akan terjadi apabila gaya kepemimpinan yang digunakan sesuai
dengan situasi. Salah satu peneliti yang mendukung teori kepemimpinan ini
adalah Fred E Fiedler dengan teori Kontingensinya: Kinerja seorang pemimpin
bergantung kepada dua faktor yang saling terhubung yaitu:
·
Situasi, sejauh mana situasi yang ada memberikan
kendali & pengaruh agar pekerjaan dapat diselesaikan
·
Motivasi, apa motivasi dasar dari pemimpin.
Apakah self esteem-nya
tergantung dari penyelesaian tugas (task motivated) atau hubungan (relationship
motivated).
Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa pemimpin yang task motivated cenderung berhasil
pada situasi yang ekstrem. Sedangkan relationship motivated cenderung berhasil
pada situasi yang moderat.
ü
Teori kepemimpinan 5: Transactional
Leadership Theory
Menurut teori kepemimpinan ini, karyawan akan termotivasi
oleh imbalan maupun hukuman. Seorang pemimpin akan dapat menjalankan
kepemimpinannya dengan efektif apabila ia mampu mengembangkan struktur kerja
yang jelas sehingga para manajer akan dapat merumuskan dengan jelas apa yang
harus mereka lakukan dan dibutuhkan oleh para bawahannya serta memberi imbalan
sesuai dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Demikian pula sebaliknya, dalam
teori kepemimpinan ini, sang manajer dapat memberikan hukuman bila karyawan
tidak berhasil memenuhi standar kinerja yang diberikan kepadanya.
ü
Teori kepemimpinan 6: Transformational
Leadership Theory
Teori kepemimpinan ini didasari oleh hasil penelitian
mengenai perilaku kepemimpinan di mana para pemimpin yang kemudian dikategorikan
sebagai pemimpin transformasi (transformational leader) mampu memberikan
inspirasi kepada yang lain dalam organisasi untuk mencapai sesuatu yang
melebihi apa yang telah direncanakan organisasi. Ia juga seorang pemimpin yang
visioner yang mengajak orang lain bergerak untuk mengikuti visinya. Mereka
mengandalkan karisma dan kewibawaan (refferent power) dalam menjalankan
kepemimpinannya.
3. PERENCANAAN
A.
Pengertian Perencanaan
Ada 4 fungsi utama dalam manajemen: Perencanaan (Planning),
Pengorganisasian (Organizing), Pengarahan (Actuating/Directing),
dan Pengawasan (Controlling). Perencanaan sebagai awal kita melakukan
proses manajemen sebelum kita melakukan pengorganisasian, pengarahan, dan
pengontrolan. Perencanaan adalah proses
yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa
yang akan datang dan penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan
organisasi. Perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan
selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh siapa.
Perencanaan dalam organisasi adalah esensial, dalam kenyataannya perencanaan
memegang peranan lebih dibanding fungsi-fungsi manajemen lainnya. Fungsi-fungsi
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan sebenarnya hanya melaksanakan
keputusan-keputusan perencanaan.
Perencanaan yang baik dapat dicapai dengan mempertimbangkan
kondisi di waktu yang akan datang dalam perencanaan dan kegiatan yang
diputuskan akan dilaksanakan, serta periode sekarang pada saat rencana dibuat.
Perencanaan harus mempertimbangkan kebutuhan fleksibilitas, agar mampu
menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi baru secepat mungkin. Salah satu
aspek penting perencanaan adalah pembuatan keputusan (decision making), proses
pengembangan dan penyeleksian sekumpulan kegiatan untuk memecahkan suatu
masalah tertentu. Keputusan-keputusan harus dibuat pada berbagai tahap dalam
proses perencanaan.
B.
Manfaat Perencanaan
ü
Membantu untuk mengambil keputusan secara lebih
baik.
ü
Meningkatkan efesiensi biaya karena pengelolaan
yang lebih baik.
ü
Ketepatan waktu dalam penarikan TK lebih
terjamin.
ü
Lebih
aman dalam situasi SDM yang beragam.
ü
Adanya pengembangan yg lebih baik bakat
rnanajerial.
C.
Jenis Perencanaan dalam Organisasi
Berdasarkan tujuan
organisasi, perencanaan dikelompokkan
dalam 3 jenis perencanaan yakni :
ü Perencanaan
Strategis
Dari
misi organisasi diturunkan tujuan strategis. Rencana strategis ditujukan untuk
mencapai tujuan strategis. Biasanya rencana strategis ditetapkan oleh manajemen
puncak.
ü Perencanaan
Taktis
Rencana
taktis diturunkan dari misi dan rencana strategis. Rencana taktis ditujukan
untuk mencapai tujuan taktis yang merupakan bagian tertentu dari rencana
strategis. Fokus pada hubungan manusia dan aksi, dan biasanya ditetapkan oleh
menajemen menengah.
ü Rencana
Operasional
Tujuan operasinal diturunkan dari tujuan dan rencana taktis.
Rencana operasional lebih sempit dengan jangka waktu yang lebih pendek dan
banyak melibatkan manajemen tingkat
bawah.
·
Rencana Tunggal untuk aktivitas tidak berulang,
contoh: program, proyek, dan anggaran.
·
Rencana Standing untuk aktivitas yang berulang,
contoh: kebijakan, prosedur standar, dan aturan.
Sumber
: