Kamis, 25 Juni 2015

Analisis Kasus REBT

Muslim dan terorisme adalah dua hal yang berbeda tetapi sering dipandang sama oleh beberapa orang, terutama setelah kejadian runtuhnya menara kembar WTC atau lebih akrab di kenang sebagai 9/11 Tragedy. Kejadian tersebut adalah bencana terbesar bagi umat muslim dunia, terutama umat muslim di Amerika Serikat. Setelah kejadian 9/11 muslim di Amerika Serikat diterpa berbagai macam tudingan negatif, banyak serangan-serangan kepada kelompok atau individu muslim setelah kejadian tersebutm walau hal ini hanya terjadi pada minoritas kecil. Menurut survey tahun 2007, 53% muslim yang tinggal di Amerika merasa jauh lebih sulit tinggal di sana setelah serangan 9/11, wanita muslim yang menggunakan hijab diganggu, akibatnya banyak wanita muslim yang memilih tinggal di rumah dan sebagian lainnya memilih meninggalkan pekerjaannya. Secara tidak langsung warga Amerika serikat telah “mengidap” Muslim Phobia, sebuah keyakinan irasional dan ketakutan yang tidak punya dasar kuat dan alasan yang rasional terhadap umat muslim.

REBT
Dalam kasus tersebut, para psikolog dan terapis bisa bekerja sama untuk menghilangkan keyakinan-keyakinan semacam itu. Mereka bisa menggunakan teknik konseling yang di namakan REBT (Rational Emotive Behavior Therapy), yaitu terapi yang bertujuan untuk menghilangkan keyakinan irasional para pasiennya.
Psikolog dan terapis bisa menghilangkan keyakinan tersebut dengan teknik bertahap, yaitu :
a.       Assertive training. Yaitu melatih dan membiasakan klien terus menerus menyesuaikan diri dengan perliaku tertentu yang diinginkan.
b.      Sosiodrama. Yaitu semacam sandiwara pendek tentang masalah kehidupan sosial.  
c.       Self modeling. Yaitu teknik yang bertujuan menghilangkan perilaku tertentu, dimana konselor menjadi model, dank lien berjanji akan mengikuti.
d.      Social modeling. Yaitu membentuk perilaku baru melalui model sosial dengan cara imitasi, observasi.
e.       Teknik reinforcement. Yaitu memberi reward terhadap perilaku rasional atau memperkuatnya (reinforce).
f.       Desensitisasi sistematik
g.      Relaxation.
h.      Self-control. Yaitu dengan mengontrol diri.
i.        Diskusi.
j.        Simulasi, dengan bermain peran antara konselor dengan klien.
k.      Homework assignment (metode tugas).
l.        Bibliografi (memberi bahan bacaan)

Dengan dilakukannya proses tersebut semoga tidak ada lagi pemikiran irasional terhadap umat islam dan umat agama lainnya.

Arindi Azraningtyas Putri (11512134)
Muhammad Reynaldy Octavian (15512048)
Oksiana Dwi Gandini (15512578)